Mempelajari Persepsi Bayi Lebih Dalam
Mempelajari Persepsi Bayi Lebih Dalam
Jika bayi manusia dapat menceritakan dunia mereka, banyak pertanyaan yang berkaitan dengan perkembangan persepsi dapat terjawab. Karena tidak, maka para penyelidik telah berupaya sedemikian rupa memeras otak untuk mencoba mengukur kemampuan penglihatan bayi. Sejumlah petunjuk (indeks) digunakan untuk mengukur kemampuan bayi membedakan stimulus.
Yang paling sederhana diantaranya adalah ‘Preferential looking technique’ (teknik melihat sesuatu yang lebih disukai). Bayi jauh lebih senang melihat pola ketimbang permukaan polos. Bila seorang bayi diberi pilihan antara permukaan polos dan permukaan berpola, ambang untuk melihat pola ini dapat ditentukan dengan membuat pola tersebut makin lama makin sulit untuk dilihat, sehingga bayi itu tidak melihat lagi pola ini lebih lama dari yang polos (Fantz, Ordy, dan Vdelf, 1962). Teknik ini digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi dapat melihat pola paling tidak setelah berumur 1 bulan. Pada mulanya ketajamannya jauh lebih kurang dari orang dewasa, tetapi ketajaman ini meningkat sangat cepat sehingga mencapai tingkatan orang dewasa pada umur lebih kurang 6 bulan.
Beberapa ahli telah menyelidiki persepsi ketinggian pada bayi (suatu kasus khusus dalam persepsi ketinggian), dengan menggunakan “Visual cliff”. Mereka mengetes bayi manusia dan bayi berbagai macam binatang untuk menentukan apakah kemampuan menghayati dan menghindari tepi yang curam merupakan pembawaan atau harus dipelajari dengan pengalaman jatuh dan merasa sakit.
Kebanyakan orangtua yang sangat berhati-hati menjaga anak-anaknya agar tidak jatuh dari tempat tidurnya atau jatuh dari tangga berasumsi bahwa kemampuan untuk menghayati tinggi adalah sesuatu yang harus dipelajari. Tetapi pengamatan tentang mudahnya mereka mendapatkan kecelakaan semacam itu tidak menunjukkan apakah mereka tidak dapat membedakan ketinggian atau memang member respon pada faktor ketinggian tetapi menunjukkan tidak adanya control motoris yang mencegah mereka jatuh.
Gibson dan Walk (1960) mengetes respon bayi dari umur 6 sampai 14 bulan, ketika diletakkan di tengah permukaan “Visual cliff”. Ibu mereka berhasil memanggil anaknya dari sisi ‘Cliff’ dan dari sisi yang dangkal. Hampir semua anak merangkak menuju sisi yang dangkal tetapi mereka tidak mau merangkak menuju sisi yang curam. Karena bunyi tersebut baru dapat di tes sampai mereka dapat merangkak, percobaan ini tidak membuktikan bahwa persepsi terhadap ketinggian ada sejak lahir. Dengan adanya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, terbukti adanya kemampuan persepsi lain pada awal kehidupan, termasuk kemampuan membedakan warna, arah penglihatan, dan ukuran.
Bayi yang baru berumur 10 menit akan secara ajeg mengalihkan pandangannya pada arah bel yang berbunyi. Terdapat pula bukti adanya konstansi persepsi pada bulan-bulan awal kehidupan, (Bower, 1981). Penemuan semacam ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak kemampuan persepsi yang merupakan pembawaan/bakat dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Walaupun demikian, penemuan ini menunjukkan juga bahwa pengalaman mempunyai peran yang sangat besar, terutama pada tahun pertama kehidupan.