Bagaimana Cara Melatih Anak Berperilaku Baik?

Sulitkah Melatih Anak Menuju Perilaku yang Baik?

Banyak sekali tingkah polah anak dimasa kecilnya yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tingkahnya yang menggemaskan ataupun yang membuat kekekhawatiran akan membuat amazing untuk setiap orang tua. Aktifitas yang melelahkan setiap harinya yang dilakukan orang tua akan hilang dengan sekejap bila disuguhi perilaku-perilaku balita yang tidak pernah terduga setiap harinya. Terkadang ada beberapa perilaku anak yang membuat orang tua tak enak hati dengan orang lain karena perilaku sang anak membuat ketidaknyamanan pada orang lain.

perilaku-anak-baik

Bayi dan balita memang belum bisa memahami konsep etika dan tata krama, sehingga tidak heran bila kata-kata sopan, etika, atau tata krama belum dipahami dengan baik. Emosi orang tua akan sangat teruji pada masa ini, karena apa yang dilakukan anak tidak sesuai dengan mindset orang tua, sehingga orang tua akan bersikap permisif dan membiarkan anak melakukan apa yang diinginkannya. Anak tidak memerlukan teori yang sering dilakukan orang tua sebagian besar ataupun mendikte anak ketika melakukan suatu perilaku yang tidak baik, akan tetapi anak memerlukan contoh yang konkrit untuk memahami bagaimana cara berperilaku yang baik dan dapat diterapkan secara konsisten dalam kesehariannya. Dalam hal ini power orang tua lah yang berperan sepenuhnya dalam melatih anak mendapatkan perilaku baik yang diinginkan tersebut.

Sikap permisif yang ditunjukkan orang tua akan sangat berpengaruh pada perilaku anak di masa yang akan datang, begitupula sebaliknya sikap otoriter atau perfeksionis orang tua terhadap anak mereka akan sangat menentukan seperti apa nantinya perilaku anak terbentuk. Anak yang sering dimarahi orang tuanya terutama pada masa batita memiliki resiko menjadi anti sosial pada masa dewasa, sifat itu muncul karena adanya reaksi berlebihan pada satu bagian otak anak saat dimarahi. Bila orang tua terlalu keras dalam mendidik, anak akan menunjukan sikap anti sosial dimana perilaku tersebut meliputi tidak adanya perasaan bersalah saat melakukan kekeliruan, berbohong, dan egois. Pada intinya pola asuh apa yang diterapkan orang tua, akan mempengaruhi perilaku apa yang terbentuk pada anank nantinya.

Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang dapat dilakukan orang tua dalam melatih anak untuk membentuk perilaku yang baik :

  • Ajarkan anak menggunakan beberapa alat sederhana sesuai fungsinya, pada tahun pertama anak akan mulai belajar makan makanan pendamping ASI, maka dari itu alangkah baiknya bila anak diajarkan cara memegang sendok walau belum sesempurna yang diharapkan. Makan akan menjadi indikasi kesopanan dimana pada zaman baby led weaning dimana anak menggunakan jari-jarinya, orang tua tetap harus melatih anak menggunakan sendok. Hal ini dapat melatih koordinasi tangan dengan mulutnya, disiplin, konsentrasi, dan table manner.
  • Melatih toilet training anak secara konsisten, banyak sekali kendala yang ditemukan saat toilet training anak sedang dilatih. Usahakan orang tua atau pengasuh konsisten dalam melatih toilet training anak sampai anak benar-benar paham dan bisa menempatkan diri di tempat dimana seharusnya dia buang air kecil / besar, sehingga anak tidak lagi buang air disembarang tempat.
  • Pada usia 12-18 bulan anak biasanya senang memainkan jari di area wajah seperti memasukkan jari ke dalam mulut atau memasukkan jari ke dalam hidung (mengupil). Ajarkan anak untuk tidak mengupil dengan jari tapi dengan menggunakan tisu dan tidak melakukannya di depan umum, ataupun memberi makanan pada tangan anak sehingga anak paham bahwa jari dimasukkan ke mulut disaat ia hendak memakan sesuatu (makanan) bukan yang lain.
  • Merapikan mainan tanpa dikte, gunakan bahasa-bahasa yang menarik perhatian anak agar mau merapikan mainannya seperti istilah “Operasi semut” (merapikan mainan sampai benar2 rapi), ikutlah terjun didalamnya sehingga anak merasa bahwa ia sedang bermain bukan diperintah. Anak akan terbiasa merapikan mainan yang dia mainkan meskipun di rumah orang lain, bukan hanya di rumahnya sendiri.
  • Mengantri adalah hal yang sederhana namun mengandung pesan moral yang sangat dalam, kenalkanlah konsep bergiliran atau bergantian sejak usia batita. Dimulai dari hal sederhana seperti makan es krim, beri anak 2 suap es krim setelah itu katakan sekarang giliran mama yang makan es krim, setelah itu berikan kembali 2 suap es krim kepada anak, kenalkan konsep bergiliran ini sampai anak benar-benar mengerti dan bisa melakukannya sendiri tanpa diminta.
  • Jika anda selalu mencontohkan kepada anak untuk berkata “Tolong” dan “Terima kasih” sejak dini, maka anak akan terbiasa mengatakannya pada usia 3 tahun tanpa perlu kita minta untuk mengatakannya.

Dalam keseharian masih banyak lagi contoh-contoh sederhana dan konkret yang dapat kita contohkan untuk anak dalam menata perilakunya dimasa emas perkembangannya, bila hal tersebut dapat ditunjukkan anak maka perilaku baik anak akan terbentuk lebih kuat ketika dewasa nanti. Yang perlu diketahui bahwa anak ibarat kertas putih tanpa goresan, apapun yang kita lukis diatasnya, itulah yang akan membentuk perilaku dan karakter anak dimasa yang akan datang.